Jumat, 11 November 2016

Pernikahan yang ideal

Membaca buku yang sedemikian bagus, sarat ilmu...sayang sekali kalau tidak dituliskan summary nya supaya orang lain juga bisa menikmati, mendapat tambahan ilmu, menerapkan dalam kehidupannya serta menebarkan lagi ilmu ini secara luas.

Subhanallah, semoga ini bisa menjadi amal jariyah dari penulis buku hebat ini. Aku hanya mencoba meringkas ilmu yang ada di dalamnya, semoga bisa bermanfaat untuk teman-teman semua. Buku yang kubaca ini berjudul PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM karya Dr.Abdullah Nashih 'Ulwan...kucoba menuliskan disini menjadi beberapa bagian karena buku ini tebal, kucoba meringkas supaya teman-teman tidak membaca berkepanjangan dan akhirnya malas, malah sia-sia ilmunya.

*************************************************************
PERNIKAHAN YANG IDEAL DAN KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN ANAK

Pendidikan anak di dalam agama Islam wajib dimulai dari yang pertama kali, yaitu pernikahan ideal yang dilaksanakan diatas prinsip-prinsip yang kuat untuk menyiapkan dan membentuk generasi baru.
Masalah pernikahan ditinjau dari 3 sisi :
1.       Pernikahan sebagai fitrah manusia
Islam melarang keras kerahiban (menyendiri hanya untuk beribadah dan taqarrub kepada Allah) karena bertentangan dengan fitrah manusia, sebagaimana sabda Rasulullah :
Barang siapa yang mampu menikah kemudian enggan untuk menikah maka dia bukan dari golonganku”.
     Pernikahan dalam Islam merupakan fitrah manusia yang bertujuan agar seorang muslim mampu memikul beban tanggungjawab yang  besar terhadap orang yang memiliki hak pendidikan dan pemeliharaan disaat ia meyambut seruan fitrah, menerima tuntutan-tuntutan naluri dan menjalankan sunnah kehidupan ini.

2.       Pernikahan sebagai kemaslahatan sosial
a.       Melindungi kelangsungan hidup manusia
Dengan pernikahanlah garis keturunan manusia akan berlangsung, menjadi banyak dan bersambung hingga Allah mewariskan bumiNya.

b.      Menjaga nasab
Dengan jalan pernikahan yang disyariatkan Allah, mkaa terdapat penghargaan diri, kestabilan jiwa, dan kemuliaan manusia, anak-anak akan merasa bangga dengan Bapak-Ibu mereka sebagai orang tua.

c.       Melindungi masyarakat dari kerusakan moral
Naluri terhadap lawan jenis bisa disalurkan dengan jalan pernikahan yang disyariatkan, jika hal ini diterapkan maka manusia baik secara individu dan bermasyarakat akan terhindar dari penyimpangan moral dan keretakan hubungan kemasyarakatan.

d.      Ketenteraman jiwa dan rohani
Dalam hubungan pernikahan akan tumbuh rasa kasih sayang, kecintaan, dan kelemah lembutan antara suami-istri

e.      Kerjasama suami dan istri dalam membangun keluarga dan pendidikan anak
Dalam hubungan pernikahan suami istri akan dituntut untuk saling bekerjasama dalam membangun keluarga, saling melengkapi dalam melaksanakan tugas sehingga akan mencapai hasil yang baik yaitu terbentuknya anak-anak yang shalih dan terdidiknya generasi yang beriman.

3.       Pernikahan berdasarkan pilihan
a.       Memilih pasangan berdasar pondasi agama
Memilih pendamping hidup dengan mengedepankan pondasi agama dan akhlak adalah perkara yang paling penting bagi calon suami istri dalam merealisasikan kebahagiaan yang sempurna, sehingga nantinya anak-anak mendapatkan pendidikan agama yang sempurna dan terbentuk keluarga yang memiliki kemuliaan dan ketentraman.


b.      Memilih berdasarkan keturuna dan kemuliaan
Rasulullah menekankan bagi siapa saja yang berkeinginan untuk menikah supaya ia memilih pendamping hidup berdasarkan kemuliaan dan kebaikan keturunan sehingga dapat menghasilkan anak-anak yang berakhlak mulia.

c.       Memilih orang yang jauh dari hubungan kekerabatan
Mengutamakan wanita-wanita asing daripada wanita-wanita yang memiliki kedekatan nasab dan hubungan, hal ini dimaksudkan untuk menjauhkan fisik anak dari pengaruh penyakit-penyakit yang menular atau cacat bawaan, serta untuk memperluas ruang lingkup kekeluargaan dan mengokohkan ikatan sosial.

d.      Lebih mengutamakan yang gadis
Menikahi gadis akan menimbulkan kecintaan, memperkuat aspek kesucian, dan kewibawaan lelaki, sebagaimana sabda Rasulullah :
Hendaklah kalian menikahi para gadis, karena mereka itu lebih manis pembicaraannya, lebih banyak melahirkan anak, serta lebih ridha dengan yang sedikit.”

e.      Lebih mengutamakan menikah dengan wanita yang subur

Menurut para ahli medis, bahwa seorang wanita yang subur biasanya memiliki fisik yang sehat dan kuat, sehingga mampu memikul pekerjaan rumah tangga yang berat, kewajiban mendidik dan memahami hak-hak suami istri dengan sempurna.



Rabu, 12 Oktober 2016

Celoteh bocah

Sore hari merupakan saat yang meyenangkan untuk mendengar celoteh anak-anak sepulang sekolah. Setelah seharian rumah sepi ditinggalkan penghuninya untuk bermain di sekolah dan ayah mengembara menjemput rejeki. Hehe bahasanya agak aneh ya.

Aku memang tidak membiasakan anak-anak dengan istilah belajar karena kedengarannya ga asyik, membosankan pokoknya ga banget buat anak-anak. Nah sejak kecil aku membiasakan dengan kalimat “bermain di sekolah bersama teman-teman dan ustadz-ustadzah”...sounds better, right? Anak-anak akan semangat berangkat ke sekolah karena mereka akan bermain, horrayyy...dan bye bye rewel, hehehe...welcome pagi ceria.

Back to topic...sore ini mereka pulang dengan tubuh lelah, perut lapar, tapi wajah mereka tetap riang
“Assalamu’alaikum Bunda...” sapa kakak dan adek
“Wa’alaikumussalam warahmah...” jawabku
“Bunda aku lapar, ada masakan apa hari ini?” tanya adek penuh semangat, seperti pahlawan kelaparan.

Segera mereka berganti pakaian, merapikan kotak bekal makan dan botol minum yang tadi dibawa ke sekolah lalu menuju meja makan. Dengan lahap mereka makan dan mulailah percakapan seru di sore itu
“Kenapa sore ini pulangnya lebih lambat? tanyaku sambil menggoreng lumpia kesukaan mereka
“Aku ke perpustakaan dengan adek” jawab kakak
“Bun, aku jengkel sama kakak kelas 6” seloroh adek dengan wajah bersungut-sungut
“Kenapa kok jegkel? Apa yang dilakukan kakak kelas?” tanyaku penuh rasa ingin tahu
“Tadi ada kakak kelas 6 cowok, motoin kakak dari jauh...hhuuhh pengen kutendang saja dia!” ucap adek menjelaskan
“Biarin aja dek, ga usah dipedulikan” timpal kakak sambil menikmati makanannya
“Tapi aku kan dapat amanah dari bunda untuk jagain kakak. Anak laki-laki harus jagain perempuan...hhuuhh beraninya gangguin anak perempuan yang lebih lemah, coba kalo berani sama aku” jelas adek panjang lebar.

Mendengar celoteh mereka aku terharu, dalam hati kuberucap :
“Subhanallah...anak usia 7 tahun sudah bisa ngomong seperti itu, ternyata selama ini kamu dengar apa yang Bunda sampaikan, semoga hingga dewasa nanti kamu tetap menjadi pribadi tangguh yang bisa memegang amanah dengan baik.”

“Alhamdulillah...nikmat mana lagi yang pantas kami dustakan Ya Rabb? Melihat anak-anak tumbuh menjadi sholih/ah, saling menjaga dan menyayangi...cukuplah bagi kami, hingga tiada keresahan jika satu hari Engkau memanggil kami dan harus meninggalkan mereka.”

Hujan mulai membasahi bumi, setelah seharian awan gelap bergelayut manja..

“Alhamdulillah kami bisa berkumpul kembali...berkahi keluarga kami, rahmatilah kami...terimalah cinta kami yang sederhana ini Duhai Sang Maha Cinta”