Sore
hari merupakan saat yang meyenangkan untuk mendengar celoteh anak-anak sepulang
sekolah. Setelah seharian rumah sepi ditinggalkan penghuninya untuk bermain di
sekolah dan ayah mengembara menjemput rejeki. Hehe bahasanya agak aneh ya.
Aku
memang tidak membiasakan anak-anak dengan istilah belajar karena kedengarannya
ga asyik, membosankan pokoknya ga banget buat anak-anak. Nah sejak kecil aku
membiasakan dengan kalimat “bermain di sekolah bersama teman-teman dan
ustadz-ustadzah”...sounds better, right? Anak-anak akan semangat berangkat ke
sekolah karena mereka akan bermain, horrayyy...dan bye bye rewel,
hehehe...welcome pagi ceria.
Back
to topic...sore ini mereka pulang dengan tubuh lelah, perut lapar, tapi wajah
mereka tetap riang
“Assalamu’alaikum
Bunda...” sapa kakak dan adek
“Wa’alaikumussalam
warahmah...” jawabku
“Bunda
aku lapar, ada masakan apa hari ini?” tanya adek penuh semangat, seperti
pahlawan kelaparan.
Segera
mereka berganti pakaian, merapikan kotak bekal makan dan botol minum yang tadi dibawa
ke sekolah lalu menuju meja makan. Dengan lahap mereka makan dan mulailah
percakapan seru di sore itu
“Kenapa
sore ini pulangnya lebih lambat? tanyaku sambil menggoreng lumpia kesukaan
mereka
“Aku
ke perpustakaan dengan adek” jawab kakak
“Bun,
aku jengkel sama kakak kelas 6” seloroh adek dengan wajah bersungut-sungut
“Kenapa
kok jegkel? Apa yang dilakukan kakak kelas?” tanyaku penuh rasa ingin tahu
“Tadi
ada kakak kelas 6 cowok, motoin kakak dari jauh...hhuuhh pengen kutendang saja
dia!” ucap adek menjelaskan
“Biarin
aja dek, ga usah dipedulikan” timpal kakak sambil menikmati makanannya
“Tapi
aku kan dapat amanah dari bunda untuk jagain kakak. Anak laki-laki harus jagain
perempuan...hhuuhh beraninya gangguin anak perempuan yang lebih lemah, coba
kalo berani sama aku” jelas adek panjang lebar.
Mendengar
celoteh mereka aku terharu, dalam hati kuberucap :
“Subhanallah...anak
usia 7 tahun sudah bisa ngomong seperti itu, ternyata selama ini kamu dengar
apa yang Bunda sampaikan, semoga hingga dewasa nanti kamu tetap menjadi pribadi
tangguh yang bisa memegang amanah dengan baik.”
“Alhamdulillah...nikmat
mana lagi yang pantas kami dustakan Ya Rabb? Melihat anak-anak tumbuh menjadi
sholih/ah, saling menjaga dan menyayangi...cukuplah bagi kami, hingga tiada
keresahan jika satu hari Engkau memanggil kami dan harus meninggalkan mereka.”
Hujan
mulai membasahi bumi, setelah seharian awan gelap bergelayut manja..
“Alhamdulillah
kami bisa berkumpul kembali...berkahi keluarga kami, rahmatilah
kami...terimalah cinta kami yang sederhana ini Duhai Sang Maha Cinta”