Jumat, 03 Oktober 2014

Batas Penantian....

Sore itu...mentari menyiramkan cahaya lembutnya di ufuk barat. Cahaya kuning kemilau yang indah memenuhi pandangan insan manusia. Di sebuah rumah kontrakan kecil dan sederhana, seorang wanita  tengah asyik menyibukkan dirinya dalam untaian doa berbalut air mata. Sebagaimana setiap sore sebelumnya, sepulang kerja dalam kepenatan yang membelenggu raga, dia rebahkan sejenak raganya sambil bermuhasabah. Jiwanya yang merintih menanti sosok yang tertulis di Lauful Mahfudz yang bisa membawanya dalam bingkai cinta berhias taat pada Rabb-nya. 

Ujian hidup yang bertubi-tubi menderanya, dia piatu semenjak kecil, kehilangan ayahanda dan kakak tercinta, hidup di kota besar sebatangkara, harus bersaing dengan wanita-wanita metropolis yang cantik-cantik dan modis, demi untuk mendapatkan pekerjaan. Godaan lelaki hidung belang, cibiran tetangga-tetangga yang mempertanyakan status lajangnya selama ini.

Inilah kekuatan cinta, yang selama ini ditanamkan ayahanda tercintanya. "Dimanapun kamu berada, jangan pernah takut karena Allah selalu ada bersama kita, saat sedih menangislah padaNya, sandarkan hidup hanya padaNya,karena Dia takkan membuatmu kecewa". Energi cinta yang maha dahsyat yang bersumber dari Zat Yang Maha Sempurna, energi yang mampu membuatnya tegar didera ujian, tersenyum dalam kesedihan. Baginya ujian dan kesedihan....semua akan ada akhirnya, Dia yakin bahwa Allah sudah menyiapkan kebahagian setelahnya. Dia akan terus merintih dalam doa, menangis dalam tilawah dan sujud-sujud panjangnya....hingga batas penantian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar